Oregairu Bab 8 Bagian 2

==========================================================
Secara teknis, semua sudah rampung...Tapi secara keseluruhan, masih kurang catatan pengarang...
Segala keluh kesah, suka duka, dan berbagai cerita yang mengiringi proyek penerjemahan ini akan ane tuangkan di postingan berikutnya saja...
Biar begitu, akhirnya ane merasa puas sudah menamatkan Jilid 1 ini...
Seperti yang ane sampaikan di beberapa pojok komentar, Jilid 2 gak akan ane garap... Karena Jilid 2 itu punya akhir yang menggantung... Mau gak mau harus diselesaikan sampai di Jilid 3... Dengan kecepatan terjemahan ane yang amat lambat serta kesibukan di RL, entah bisa selesai sampai kapan...? Jadi tolong dimaklumi...
Dan akhirnya... Di bagian terakhir inilah alasan kenapa LN ini diberi judul Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteiru...
Selamat Menikmati...
==========================================================


Bab 8 - Lalu, Hachiman Hikigaya pun Merenung

Bagian 2


Saat kubuka pintu ruang klub, kulihat Yukinoshita sedang membaca buku di tempat biasanya.

Ia tengadahkan kepalanya saat terdengar suara decitan pintu.

"Oh... kupikir hari ini kau takkan datang."

Ia lalu meletakkan pembatas pada halaman bukunya. Dibandingkan hari pertama aku ke sini, ketika ia benar-benar mengabaikanku dan tetap membaca buku, hubungan kami sudah ada sedikit kemajuan.

"Begitulah... aku juga sempat merasa lebih baik tak usah ke sini dulu, tapi rupanya masih ada yang mau kulakukan."

Kutarik kursi yang menyilang di seberang Yukinoshita, kemudian aku duduk. Itu adalah posisi kami yang biasanya. Kuambil buku tulis bergaris dari tasku dan meletakkannya di meja. Yukinoshita yang mengamatiku dari dekat tampak tak senang.

"...kaupikir ruang kelas ini digunakan untuk apa?"

"Kau sendiri? Yang kaulakukan cuma membaca buku saja..."

Yukinoshita memalingkan wajahnya dan terlihat sedikit malu. Tampaknya tak ada yang meminta bantuan dari klub hari ini. Satu-satunya suara yang terdengar di ruang ini hanyalah detak jarum jam. Saat memikirkannya, aku tersadar kalau ruang ini sudah lama tak sesepi ini... mungkin karena sebelumya ada sebuah keberadaan yang heboh di sini.

"Yuigahama ke mana?"

"Sepertinya ia pergi bersama Miura dan kawan-kawannya."

"Oh..."

Mengejutkan... atau mungkin itu hal yang wajar. Mereka memang berteman, dan semenjak pertandingan tenis waktu itu, aku merasa kalau Miura mulai bersikap lebih ramah. Mungkin karena akhirnya Yuigahama bisa mengutarakan dengan jelas maksud pikirannya.

"Sekarang aku balik tanya. Hari ini kau tidak pergi bersama partnermu?"

"Totsuka sedang berlatih. Mungkin karena latihan khusus tempo hari, makanya belakangan ini ia begitu bersemangat kalau soal latihan..."

Yang berarti bahwa aku tak lagi bisa sering-sering bersamanya. Kenyataan itu membuatku sedih.

"Yang kumaksud bukan Totsuka."

"...lalu siapa?"

"Siapa, kaubilang... yah, orang yang selalu membuntuti bayang-bayangmu itu."

"Oi, berhenti bicara yang seram-seram... jangan bilang kalau kau bisa melihat hantu."

"...cih, menggelikan... yang namanya hantu itu tidak ada."

Yukinoshita lalu berdesah dan memandangku seolah berkata, Mungkin kau saja yang kujadikan hantu... ah, sudah lama juga aku tak mengobrol seperti ini dengan Yukinoshita.

"Maksudku anak itu. Za... Za... Zaitsu, ya? Pokoknya itu..."

"Ahh, Zaimokuza? Anak itu bukan partnerku."

Lagi pula aku tak tahu kalau ia bisa dianggap sebagai teman.

"Ia bilang, Saat ini aku sedang ada pergulatan sengit... maaf, tapi aku harus memprioritaskan tenggat waktuku hari ini. Terus ia pulang duluan."

"Cara bicaranya sudah seperti novelis kawakan saja..."

Gumam Yukinoshita dengan ekspresi jijik yang terlihat jelas pada wajahnya.

Paling tidak ia bisa menunjukkan simpatinya padaku — akulah orang yang membaca karyanya. Bahkan ia tak menulis ceritanya. Yang ia beri padaku hanya ilustrasi dan konsep ceritanya saja. Hei, Hachiman! Aku punya konsep yang cukup bagus! Sang tokoh utama wanita bisa membuat tubuhnya menjadi karet dan tokoh pembantu wanitanya punya kemampuan meniadakan kekuatan karetnya! Ini pasti akan tenar! Anak itu memang bodoh. Bagus dari mana? Jelas-jelas itu menjiplak.

Namun komunitas aji mumpung itu hanya akan bertahan sebentar saja, dan pada akhirnya kami semua kembali ke tempat kami berada sebelumnya. Jadi bisa dibilang kelompok tersebut adalah fenomena sekali seumur hidup.

Tapi kalau ditanya apa ruang kelas ini merupakan tempat aku dan Yukinoshita bernaung, maka bisa kubilang kalau itu tidak terlalu benar.

Obrolan kami yang sekenanya itu menyasar ke mana-mana di tengah suasana (sedikit canggung) yang biasanya.

"Ibu masuk, ya?"

Pintu mendadak bergeser.

"...cih."

Yukinoshita berdesah sambil meletakkan satu tangannya ke dahi. Ia terlihat pasrah. Begitulah... saat kita sedang dalam ruang yang cukup tenang lalu pintu tiba-tiba terbuka seperti itu, wajar saja kalau muncul niat ingin mengumpat...

"Bu Hiratsuka... tolong ketuk pintu dulu sebelum masuk."

"Hmm...? Bukankah itu kalimat khasnya Yukinoshita?"

Bu Hiratsuka tampak sedikit heran, namun beliau menarik kursi di sekitar lalu mendudukinya.

"Ibu mau apa?"

Sewaktu Yukinohita menanyakannya, mata Bu Hiratsuka mulai berseri-seri layaknya anak kecil.

"Ibu mau mengumumkan hasil paruh pertandingan!"

"Ahh, iya..."

Aku benar-benar lupa... malahan, aku tak ingat kalau pernah menyelesaikan permasalahan apa pun, jadi wajar saja kalau aku lupa.

"Hasil pertandingan saat ini adalah dua kemenangan di masing-masing kubu, jadi ini dianggap seri. Yang namanya persaingan frontal memang jiwanya sebuah manga pertarungan... padahal Ibu ingin melihat Yukinoshita bangkit setelah merelakan kematian Hikigaya..."

"Saya mati? Kok ceritanya jadi begitu...? Eng... dua kemenangan di masing-masing kubu? Saya tak ingat kalau ada permasalahan yang selesai. Lagi pula, cuma tiga orang saja yang meminta bantuan pada kami."

Apa beliau tidak bisa berhitung?

"Menurut hitungan Ibu sudah ada empat orang. Kalian paham? Segala keputusan yang diambil itu atas dasar pertimbangan Ibu seorang. Sebenarnya ketika kalian bermain dengan aturan yang otoriter itu, rasanya jadi sedikit melegakan..."

Memangnya beliau itu Giant, apa?

"Bu Hiratsuka... bisa dijelaskan dari mana hitungan Ibu barusan? Sependapat dengan protes anak yang di sana itu, kami memang belum menyelesaikan satu pun masalah yang diserahkan pada kami."

"Hmm..."

Bu Hiratsuka terdiam dan sedikit termenung.

"Jadi begini... kalau kau menulis huruf kanji untuk kata masalah (悩), maka seperti menggabungkan aksara kanji hati (心)
di sisi kiri dengan aksara kanji jahat (凶) di sisi kanan ditambah beberapa garis di atasnya."

"Mending Ibu balik ke pelajaran SMP saja, deh."

"Maksud Ibu, masalah kalian yang sebenarnya itu tersimpan di dalam hati kalian sendiri, karena itu, saat orang-orang mendatangi kalian untuk meminta saran, bisa jadi itu bukan permasalahan mereka yang sebenarnya."

"Lalu maksud dari penjelasan yang Ibu katakan sebelumnya itu apa?"

"Usaha Ibu untuk kelihatan pintar tadi tampaknya gagal."

Yukinoshita serta diriku menghabisi beliau tanpa ampun. Bu Hiratsuka jadi tampak sedikit sedih.

"Ya sudah... padahal Ibu sudah capek-capek memikirkan jawaban yang pas..."

Yah, dengan kata lain, penentuan pihak yang menang maupun yang kalah dalam pertandingan ini juga sama otoriternya. Bu Hiratsuka bolak-balik menatap diriku dan Yukinoshita sambil terlihat sedikit merajuk.

"Huh... kalau soal menyerang orang lain, kalian berdua baru bisa akur... seperti kawan lama saja."

"Itu mustahil... saya tak ingat pernah berteman dengan lelaki itu."

Ujar Yukinoshita sambil mengangkat bahunya. Aku yakin kalau ia bakal melirik ke arahku, tapi ternyata itu sama sekali tak dilakukannya.

"Hikigaya, jangan berkecil hati... konon ada juga serangga yang rupanya senang memakan rumput liar. Jadi itu cuma masalah selera."

Bu Hiratsuka berusaha menenangkanku. Siapa juga yang merasa kecil hati...? Dan kenapa kebaikan beliau malah terasa menyakitkan begini...?

"Betul sekali..."

Aku terkejut, Yukinoshita juga sampai mengiyakan... tunggu, justru perempuan itu yang lebih dulu membuatku tertekan.

Meski begitu, Yukinoshita hanya mengatakan kebenaran; ia takkan membohongi perasaannya sendiri, jadi ia mungkin memang percaya dengan ucapan Bu Hiratsuka. Ia lalu tersenyum padaku.

"Saya juga yakin kalau suatu saat akan ada serangga yang menyukai diri Hikigaya."

"Sial... paling tidak pilihlah hewan yang menggemaskan!"

Padahal aku sudah cukup rendah hati untuk tidak memintanya memilih manusia saja... namun Yukinoshita yang angkuh itu justru dengan bangga mengepalkan tangannya.

Mungkin ia merasa senang dengan yang diucapkannya tadi, matanya saja sampai berseri-seri; tampaknya ia begitu menikmatinya.

Di sisi lain, aku merasa sangat tidak senang. Maksudku, bukankah obrolan dengan para perempuan harusnya lebih terasa manis? Bukankah yang seperti ini justru aneh?

Kupikir sebaiknya kutulis saja apa yang kurasakan saat ini. Karenanya kuposisikan penaku. Yukinoshita lalu mengamati yang sedang kulakukan.

"Sebenarnya apa yang dari tadi mau kautulis itu?"

"Berisik. Bukan urusanmu."

Setelah itu, kutuliskan kalimat terakhir pada tugas esaiku.



Sudah kuduga, kisah komedi romatis remaja saya memang salah kaprah.


— II —


4 tanggapan:

Anonim mengatakan...

eeehhhhhh???? knp gak dilanjutin??? T.T
pdhl kualitas translatenya udh bagus bgt

Cucundoweh mengatakan...

Yaah, karena alasan yang ane sebut di atas tadi gan...
Mungkin, kalau sudah siap, ane buka pendaftaran buat penerjemah baru deh...
Betewe, terima kasih atas pujian sebelumnya... Tehehe...

Asta Aditya mengatakan...

sayang gk dilanjutin,, pdhl kualitas terjemahannya udh lumayan bagus....
emang sih di akhir vol.2-nya ceritanya agak ngegantung...

kalo sy boleh saran, sambil nunggu translator baru (kalo emng bner mau nyari), agan aja dulu yang ngisi sementara.... walaupun gk harus keburu juga nerjemahinnya
lagian biar translator yg baru gk keburu juga ngejar yg terjemahan bhs. inggris dari ND,, apalagi vol.3 blum selese di translate sama ND Translation ditambah si Frog-kun bru balik dari kesibukan RL-nya

but, thanks buat agan yg udh nerjemahin ni novel,, smoga saran ane dipertimbangkan

Cucundoweh mengatakan...

Sudah ane lanjutkan gan...
Tapi ya jadwal cuma sekenanya aja...
Mau mencari penerjemah yang benar-benar bisa itu sulit gan...
Apalagi untuk penerjemahan LN...

Posting Komentar

 
;