Oregairu Bab 5 Bagian 1

==========================================================
Sampailah pada bagian-bagian komedi dari Jilid ini...
Nah, kalau di bagian ini, jujur ane gak berani pakai pelokalan istilah, karena pertimbangan menghargai pengarang aslinya (walau mungkin sisi komedinya bisa lebih heboh kalau dilokalkan)...
Jadinya ane buat penjelasan aja di sini...
Ultra Quiz Lintas Prefektur Chiba merupakan plesetan dari kuis terkenal yang bertajuk 'America Oudan Ultra Quiz (アメリカ横断ウルトラクイズ)'... Tautan referensi ada di sini...
Dan mengenai soal pemetaan wilayah Chiba, silakan agan lihat sedikit referensinya di tautan ini...
Selamat Menikmati...
==========================================================


Bab 5 - Intinya, Yoshiteru Zaimokuza itu Agak Gila

Bagian 1


Mungkin agak telat mengatakan hal ini, tapi yang kutahu, Klub Layanan Sosial punya peran untuk mendengarkan masalah para murid dan berusaha membantu mereka.

Kalau aku tak sesekali mengingatkan diriku sendiri mengenai hal tersebut, aku bisa benar-benar lupa klub apa sebenarnya ini. Yang biasanya aku dan Yukinoshita lakukan hanyalah membaca buku saja. Sedangkan Yuigahama, masih saja bermain dengan ponsel-nya.

"Hmm... hei, buat apa kau ke sini lagi?"

Perempuan itu begitu cepat membaur hingga kami tak pernah mempertanyakan keberadaannya, tapi itu tak serta-merta menjadikan Yuigahama sebagai anggota Klub Layanan Sosial. Sebenarnya, aku sendiri tak cukup yakin kalau aku juga anggota klub ini. Apa aku memang bagian dari klub ini, ya? Padahal aku ingin sekali keluar dari sini...

"Eh? Ah, soalnya aku lagi punya banyak waktu senggang 'gitu, lo."

"'gitu, lo? Aku tak paham yang kaukatakan. Lagi pula, apa-apaan itu? Memangnya kau ini orang Hiroshima, apa?"

"Eh? Hiroshima? Aku ini orang Chiba, kok."

Yah, pada kenyataannya, orang-orang yang memakai dialek Hiroshima selalu menambahkan 'gitu, lo di setiap akhir ucapannya, namun ketika hal ini kubahas ke orang lain, mereka justru tampak terkejut. Aku punya gambaran buruk di otakku mengenai cara bicara orang-orang Hiroshima, tapi lain cerita kalau perempuan yang berbicara dengan logat seperti itu, mereka malah terdengar menggemaskan. Faktanya, logat Hiroshima ada di jajaran sepuluh besar logat yang kuanggap paling menggemaskan.

"Huh. Hanya karena kau lahir di Chiba, bukan berarti bisa seenaknya saja mengaku kalau kau orang Chiba."

"Hei, Hikigaya. Aku sungguh tak mengerti apa maksudmu tadi..."

Yukinoshita menatapku dengan begitu sinis. Tapi aku tak menghiraukannya.

"Baiklah, Yuigahama. Pertanyaan pertama. Apa istilah lain dari luka dalam yang diakibatkan oleh hantaman keras pada tubuh?"

"Lebam!"

"Hmm... kau benar. Ternyata kau juga mengerti dialek Chiba... baiklah, lanjut ke pertanyaan kedua. Jika kau boleh memilih makanan lain sebagai pendamping makan siangmu, kau akan memilih apa?"

"Miso kedelai!"

"Hmm... mungkin kau memang benar-benar orang Chiba..."

"Aku sudah bilang dari tadi 'gitu, lo."

Yuigahama meletakkan tangannya di atas paha dan menatapku sambil memiringkan kepalanya, seakan ingin berkata, Anak ini kenapa, ya? Yukinoshita duduk di sebelahnya sambil menyandarkan sikunya sekaligus meletakkan tangannya ke dahi. Ia lalu mengela napas panjang.

"...eng, kenapa tiba-tiba menanyakan itu? Memangnya kalau aku jawab, aku dapat poin, ya?"

Jelas itu tak ada poinnya.

"Anggap saja ini Ultra Quiz Lintas Prefektur Chiba. Yang kumaksud Lintas itu, mulai dari Matsudo hingga ke Choushi."

"Kalau hanya dari situ sampai ke situ saja, bukan Chiba namanya!"

"Kalau begitu, anggap saja dari Sawara ke Tateyama."

"Jadi kini diukurnya dari wilayah utara hingga ke selatan..."

...dua anak ini... padahal awalnya dari nama kota saja, tapi kenapa malah dipersoalkan begini? Apa sebegitu sukanya mereka dengan Kota Chiba?

"Baiklah, pertanyaan ketiga. Jika kau berpergian lewat Jalur Sotoubou menuju Toke, maka, apa nama dari hewan langka yang bisa tiba-tiba menampakkan dirinya di sekitar daerah itu?"

"Ah, Yukinon, bicara soal Matsudou, kudengar banyak kedai ramen di daerah sana, lo. Kapan-kapan ke sana, yuk?"

"Ramen... aku tak begitu sering memakan ramen, jadi aku kurang begitu tahu..."

"Enggak masalah, kok! Aku juga jarang makan ramen!"

"...eh? Lalu kenapa tadi kau menyarankannya? Tolong jelaskan dulu maksudmu itu?"

"Hmm, lagi pula, apa hubungannya dengan Matsudou...? Memang benar, di sana ada kedai bernama Nantoka. Kata orang, ramen yang dijual di sana rasanya enak..."

"Kalian ini dengar yang tadi kutanyakan, tidak, sih?"

"Hmm? Dengar, kok. Ah, tapi di sekitar sini juga ada beberapa kedai yang mantap, lo. Soalnya di sini itu dekat sama rumahku, makanya aku mengerti betul daerah ini. Rumahku jaraknya kira-kira lima menit dari sini. Aku juga sering melihat ada beberapa kedai sewaktu jalan-jalan sama anjingku."

...jawaban yang benar adalah burung unta. Kalau kita berpergian menggunakan kereta dan tiba-tiba melihat ada burung unta di luar jendela, kurasa kita akan lebih merasa terkesan ketimbang terkejut.

Cih.

Kubiarkan saja dua perempuan tersebut larut dalam obrolan ramen yang sudah salah kaprah tadi, dan kembali kubaca bukuku.

Padahal ada tiga orang di ruangan ini, tapi masih saja aku merasa sendiri. Apa-apaan itu?

Biarpun begitu, bagiku menghabiskan waktu seperti ini membuatku merasa seperti anak SMA pada umumnya. Dibandingkan anak-anak SMP, anak-anak SMA lebih punya kebebasan dalam melakukan sesuatu, hingga mereka cenderung tertarik dalam hal gaya maupun kuliner. Jadi obrolan soal ramen ini serasa seperti obrolan anak SMA banget.

...meski kuakui, pada umumnya anak-anak SMA tak melakukan hal semacam Ultra Quiz Lintas Prefektur Chiba.



13 tanggapan:

Anonim mengatakan...

arigatou gan
..

Anonim mengatakan...

Makasih gan. Ditunggu lanjutannya, seru banget nih.

Cucundoweh mengatakan...

Oke...
Sama-sama gan...
Bagian 2 lumayan panjang, jadi mungkin agak lama...

ito mengatakan...

Walaupun lama, ane tetep nungguin gan.

Alex mengatakan...

Bab 5 jadi lebih sedikit santai dibanding bab sebelumnya :v
Ditunggu part 2 nya

Cucundoweh mengatakan...

Wah, terima kasih atas dukungannya gan...
Ane usahakan lebih cepat deh...

Cucundoweh mengatakan...

Iya gan, Bab 5 memang kayak penyegaran, soalnya komedinya lebih banyak...
Oke, silakan ditunggu gan...

Anonim mengatakan...

gan, ane tunggu2 update nya di fb tapi nggak muncul2, ternyata udah update segini banyak. hkhkhkhk
Makasih gan ,lanjutin terus.

Cucundoweh mengatakan...

Sama-sama gan...
Akun FB ane lagi keblokir gan (bilangnya sih sementara, tapi gak tahu sampai kapan)...
Jadi gak bisa ngapa-ngapain di fanpage...
Betewe, "hkhkhk" tuh sudah jadi ciri khas ane, kalau mau pakai harus bayar royalti dulu... Hkhkhk...

Anonim mengatakan...

update nye msh lama kah gan ???? T.T

Cucundoweh mengatakan...

Kira-kira minggu depan ane update lanjutannya gan... (kalau gak ada halangan...)
Mohon ditunggu, ya...

Unknown mengatakan...

Min, kata "gitu lo" bhs jepangnya apa dalam hiroshima-ben? Sy jd penasaran, di tunggu jawabannya, terimakasih.

Cucundoweh mengatakan...

Jadi begini, di raw-nya memang tertulis:

え?あーほら、あたし今日暇じゃん?
(Ee? Aa ..., hora, atashi kyou hima jan?)

"Jan" di kalimat tersebut yang dimaksud hachiman "embel-embel" seperti "orang Hiroshima"...
Nah, karena "jan" di sana digunakan untuk penegasan, yang mengutip dari teman ane kalau itu seperti gaya bicara "medok", jadi ane pakai kata " 'gitu, lo"...
Memang sih, kalau mau lebih tepat, harusnya pakai, "ya, 'kan?"...
Tapi...
Karena ini dialekal, kalau pakai "ya, 'kan?" nanti bisa hilang nuansa dialeknya, karena frasa tersebut sudah sering juga ane pakai...
Makanya ane pakai yang sejenis, "gitu, lo"...

Posting Komentar

 
;