Oregairu Bab 6 Bagian 5

==========================================================
Kalau kemarin Yui, Hachiman, sama Saika, sekarang giliran dialog lengkap Yukino (yang dipotong) sekaligus serba-serbinya yang dibeberkan... Sama seperti karakter Mari di Bab 3 kemarin, Yamashita maupun Shimamura juga gak ada di anime-nya... Yah, kilas balik tetaplah kilas balik, gak akan dimunculkan di anime, kecuali Kaori...
Mungkin sudah ada banyak yang tahu, tapi ane beri tahu aja deh, kalau di Jepang sana untuk mengesahkan surat atau semacamnya gak hanya sekadar tanda tangan, tapi perlu juga dengan stempel keluarga...
Untuk bagian selanjutnya mungkin bakal cepat... Karena RL sudah bisa diatasi... Ada proyek lain yang rencananya juga mau ane kebut...
Akhir kata sebelum tl;dr...
Selamat Menikmati...
==========================================================


Bab 6 - Akan Tetapi, Saika Totsuka Mau Saja Menurut

Bagian 5


"Mustahil."

Itulah hal pertama yang Yukinoshita ucapkan padaku.

"Mustahil, kaubilang... tapi, eng—"

"Sekali mustahil ya mustahil."

Dan sekali lagi aku ditolak dengan dinginnya.

Ini semua bermula saat aku menceritakan soal Totsuka dan meminta saran pada Yukinoshita.

Rencanaku adalah mengarahkan pembicaraan ke arah pengunduran diriku dari Klub Layanan Sosial, lalu mengumumkan niatku untuk bergabung ke Klub Tenis. Setelahnya, sedikit demi sedikit, aku akan menghilang secara perlahan dari klub itu. Tapi rencana itu kini benar-benar terhalang.

"Soalnya aku melihat sendiri keadaan Totsuka saat ia mengajakku bergabung ke Klub Tenis. Singkat kata, aku harus mengintimidasi mereka agar lebih giat lagi. Pada akhirnya, jika ada orang baru yang bergabung ke klub tersebut, bukankah akan ada perubahan?"

"Apa pikirmu kau bisa bertahan dalam pengaturan kelompok macam itu? Apa kaupikir mereka akan menerima begitu saja makhluk sepertimu itu?"

"Uguu..."

Memang benar. Keluar dari klub juga bukan perkara besar, namun jika melihat orang-orang bermalasan sewaktu kegiatan klub dan bersenang-senang sendiri, mungkin aku akan menghajar mereka dengan raketku.

Yukinoshita lalu tertawa kecil yang seolah terdengar seperti desahan.

"Kau benar-benar tak paham apa artinya berada dalam kelompok, ya? Benar-benar ahli menyendiri."

"Sudah, berhenti berkata begitu."

Yukinoshita benar-benar mengabaikan tanggapanku dan lanjut berbicara.

"Kuakui mereka mungkin akan bersatu apabila dihadapkan dengan musuh rendahan macam dirimu. Tapi mereka hanya akan berbuat hal-hal yang sekiranya diperlukan saja demi membuangmu, dan itu tak ada pengaruhnya terhadap perkembangan diri mereka. Jadi itu sama sekali bulan solusi. Aku ini buktinya."

"Begitu... eh, kau buktinya?"

"Ya. Aku kembali dari luar negeri saat masih SMP, jadi tentu saja aku mulai bersekolah di tempat yang baru, namun semua anak perempuan di kelasku... tepatnya, semua anak perempuan di sekolahku begitu ingin menyingkirkanku. Tapi tak satu pun dari mereka berusaha menjadi lebih baik supaya bisa mengalahkanku... anak-anak bodoh itu..."

Aku bersumpah telah melihat api hitam berkobar di belakang Yukinoshita.

Sial, rasanya aku baru saja menginjak ranjau di sini...

"Ya-yah, wajar saja... soalnya, kalau ada perempuan semanis dirimu, hal semacam itu bakal terjadi..."

"...ya-yah, itu benar. Dibandingkan anak perempuan lainnya, tak berlebihan kalau menganggap penampilanku jauh lebih baik dari mereka, dan itu bukan berarti kalau anak perempuan lain tak punya nyali hingga pasrah dan menyerah terhadap hal tersebut, jadi bisa dikatakan kalau itu hal yang wajar. Meski begitu, sebenarnya Yamashita dan Shimamura juga punya wajah yang manis. Mereka pun cukup populer di kalangan anak lelaki. Tapi anak seperti mereka hanya mengandalkan wajah. Jika dihadapkan pada hal akademis, kemampuan olahraga, sisi seni, bahkan etika dan kerohanian, mereka pun tak sampai menjangkau lebih dari mata kakiku. Dan jika dengan memutarbalikkan dunia saja masih belum cukup untuk mengalahkanku, takkan aneh kalau mereka lebih fokus berusaha untuk menjegal kakiku dan menjatuhkanku..."

Yukino sejenak tampak kehilangan kata-kata, namun ia segera kembali ke ritme lamanya dan berturut-turut melontarkan pernyataan angkuh nan menyombongkan diri. Ucapannya tadi memang bisa dikatakan lancar bagai sungai yang mengalir, namun yang kudengar itu justru seperti derasnya arus air terjun Niagara. Aku benar-benar terkesan ia bisa mengatakan itu semua tanpa sedikit pun kehilangan tempo.

Apa mungkin ini cara Yukinoshita menyembunyikan rasa malunya? Tak menutup kemungkinan kalau ia juga punya sisi manis...

Yukinoshita lalu sedikit menarik napas, mungkin itu karena ia terlalu lama berbicara. Wajahnya juga agak memerah.

"...bisakah kau berhenti mengatakan yang aneh-aneh? Aku jadi merinding begini."

"Ahh, syukurlah... sudah kuduga, kau memang tak ada manis-manisnya."

Jujur, sebenarnya Totsuka terlihat lebih manis dibanding beberapa gadis yang pernah kukenal... ya ampun.

Oh, iya. Kami seharusnya membahas soal Totsuka di sini.

"Tapi pasti akan bagus bagi Totsuka jika ada yang bisa dilakukan untuk membuat Klub Tenisnya biar jadi lebih baik lagi..."

Yukinoshita lalu membelalakkan mata dan menatapku saat mendengar pernyataan itu.

"Tumben sekali... sejak kapan kau jadi tipe orang yang peduli sesama?"

"Ayolah. Ini pertama kalinya ada seseorang yang meminta saran padaku..."

Ternyata diminta tolong bisa membuatku bahagia begini. Ditambah, Totsuka memang manis... tanpa sadar bibirku menyimpulkan sebuah senyuman. Yukinoshita langsung memotong, seakan ia ingin menghentikan senyumku itu.

"Dulu aku sering sekali dimintai saran mengenai hal asmara."

Ucapnya sambil membusungkan dada, tapi ekspresinya berangsur-angsur berubah kelam.

"...pada kenyataannya, ketika berurusan dengan masalah perempuan maupun soal asmara, biasanya itu tak lebih dari sekadar tindakan pencegahan."

"Hah? Maksudmu?"

"Jika aku memberi tahu siapa yang aku sukai, maka orang di sekitarku akan mulai berhati-hati, 'kan? Itu seperti menandai wilayah kekuasaan. Sekali kau sudah mengetahuinya dan mencoba masuk ke dalam wilayah tersebut, maka kau akan diperlakukan seperti pencuri dan diasingkan dari kelompok. Bahkan jika kau yang menerima pernyataan cintanya, kau tetap akan diasingkan. Apa aku masih perlu menjelaskan lebih detail lagi...?"

Sekali lagi kulihat api hitam berkobar di belakang Yukinoshita. Padahal setelah ia berkata tentang masalah perempuan maupun soal asmara, aku sempat mengharap sebuah cerita tetang pahit manis kehidupan, namun yang terdengar dari dirinya hanyalah sebuah kekesalan.

Kenapa ia sampai harus menghancurkan impian anak yang meminta saranku ini? Apa itu cuma untuk kesenangannya semata?

Seolah ingin berusaha menghapus kenangan buruknya, Yukinoshita tiba-tiba tertawa sinis.

"singkatnya, jangan langsung menganggap kalau mendengarkan permintaan orang-orang dan mencoba membantunya adalah hal yang baik. Karena ada pepatah, Bahkan singa pun membuang anak-anaknya ke jurang yang dalam lalu membunuh mereka."

"Membunuh mereka malah menyia-nyiakan tujuannya..."

Lagi pula, pepatah yang benar harusnya, Bahkan saat memburu anak-anaknya, singa pun harus mengerahkan seluruh tenaganya.

"Kalau itu kau, apa yang akan kaulakukan?"

"Maksudmu, aku?"

Yukinoshita yang bingung, beberapa kali mengedipkan matanya, lalu termenung.

"Kurasa, aku akan menyuruh mereka berlari sampai mati, menyuruh mereka latihan mengayun raket sampai mati, lalu menyuruh mereka berlatih tanding sampai mati."

Ujarnya sambil sedikit tersenyum. Sungguh, itu sangat mengerikan.

Aku pun sempat terhenyak saat kudengar suara bantingan pintu yang dibuka

"Yahhalo~~!!"

Berbeda sekali dengan yang ditampakkan Yukinoshita, Yuigahama justru datang dengan salam riang nan konyol itu.

Seperti biasanya, Yuigahama menunjukkan seringai bodohnya dan terlihat tak peduli dengan sekitar.

Tetapi, di belakang Yuigahama tampak ada seseorang dengan ekspresi tak berdaya pada wajahnya.

Tatapan yang tertuju ke bawah itu tak menyiratkan kepercayaan diri sewaktu ia dengan lemah mencengkeram blazer Yuigahama. Kulitnya tampak putih pucat. Mengingatkanku pada sebuah mimpi samar, sesuatu yang akan menghilang sesaat kita menatap cahaya dari bawah.

"Ah... Hikigaya!"

Ia tersenyum senang saat melihatku, lalu rona wajahnya tampak kembali pucat. Sewaktu ia tersenyum tadi, akhirnya aku sadar siapa dirinya. Kenapa ia terlihat murung begitu...?

"Totsuka..."

Perlahan ia melangkah kecil ke arahku, dan kali ini ia mencengkeram erat lengan bajuku. Waduh, itu tidak boleh... walaupun aku tahu kalau ia lelaki.

"Hikigaya, sedang apa di sini?"

"Oh, aku anggota klub ini... kau sendiri sedang apa di sini?"

"Hari ini aku bawa pengunjung baru, lo, fufu~~"

Payudara Yuigahama yang boros itu bergerak naik turun saat ia dengan bangganya menjawab. Padahal aku tak bertanya pada dirinya. Aku hanya ingin mendengar jawaban dari bibir menggemaskan milik Totsuka itu saja...

"Ayolah. Aku juga anggota klub ini, 'kan? Anggap saja ini balas budi. Lagi pula, Sai kelihatan sedang banyak pikiran, makanya aku bawa ia kemari."

"Yuigahama."

"Yukinon, kau enggak perlu berterima kasih padaku. Inilah yang bisa kulakukan sebagai anggota klub."

"Yuigahama, sebenarnya kau bukan anggota klub ini..."

"Bukan?!"

Bukan?! Mengejutkan sekali... kupikir sudah cukup jelas kalau perlahan-lahan ia akan jadi bagian dari klub ini.

"Benar. Kau tak pernah menyerahkan surat pengajuan diri, dan guru pembimbing kami belum mengakui keanggotaanmu, jadi kau bukanlah anggota klub."

Yuigahama jadi kaku saat dihadapkan pada peraturan itu.

"Akan kutulis! Kalau memang perlu surat pengajuan diri, akan kutulis sebanyak apa pun! Yang penting aku jadi anggota klub ini!"

Air mata Yuigahama berlinang sewaktu ia mengambil selembar kertas dan mulai menulis, surat pengajuan diri... walah, harusnya itu ditulis pakai huruf kapital.

"Jadi, Saika Totsuka... benar? Apa yang bisa kami lakukan untukmu?"

Dengan tergesa Yuigahama menulis surat pengajuan dirinya, namun Yukinoshita mengabaikannya dan beralih ke Totsuka. Totsuka mulai gemetaran sesaat Yukinoshita menusuk dengan tatapan dinginnya.

"E-eng... aku ingin... membuat Klub Tenis... menjadi lebih baik lagi..."

Awalnya pandangan Totsuka tertuju ke Yukinoshita, tapi seiring kalimat yang perlahan diucapkannya, ia mulai memandang ke arahku. Totsuka lebih pendek daripada diriku, makanya ia menengadah ke arahku seakan ingin berusaha mengira-ngira reaksiku.

Kuharap ia berhenti memandangiku... hatiku jadi berdebar begini, kenapa ia tak memandang yang lainnya saja?

Baru saja aku memikirkannya, walau aku yakin itu bukan untuk membantuku, tapi Yukinoshita menanggapinya menggantikanku.

"Aku tak tahu apa yang sudah Yuigahama katakan padamu, tapi Klub Layanan Sosial tak begitu saja mengabulkan keinginanmu. Tugas kami di sini hanya membantu dan mendorong kemandirian. Entah apa Klub Tenis akan jadi lebih baik atau tidak, itu semua tergantung padamu."

"Oh... begitu..."

Totsuka tampak benar-benar kecewa, bahunya pun terturun. Pasti Yuigahama berbicara yang muluk-muluk padanya.

"Stempel, stempel..." Gumam Yuigahama sambil menggeledah isi tasnya. Kuperhatikan dirinya, dan sewaktu ia mulai merasa sedang diperhatikan, ia menengadah.

"Eh? Ada apa?"

"Memangnya apa lagi... kau sudah menjanjikan hal yang muluk-muluk padanya, kami pun jadi harus memupuskan harapan dan impian anak ini."

Yukinoshita melontarkan kata-kata pedas pada Yuigahama. Meski begitu, Yuigahama hanya memiringkan kepalanya karena kebingungan.

"Hm? Hmmm? Soalnya, kupikir Yukinon dan Hikki pasti akan berbuat sesuatu. Betul, 'kan?"

Ujar Yuigahama dengan nada tak peduli. Terlepas dari bagaimana kita menanggapi pernyataannya, itu hampir terdengar seperti sebuah tantangan yang menyindir.

Sayangnya, di sini ada seseorang yang bisa dengan mudah terpancing oleh tantangan itu.

"...hemh, kurasa kau ada benarnya, Yuigahama. Entah anak yang di sana itu bisa berbuat banyak atau tidak, tapi tak kusangka kau akan mengujiku seperti itu."

Yukinoshita tertawa. Ahh, tampaknya ada tombol aneh yang baru saja terpencet dalam dirinya... Yukino Yukinsoshita memang tipe orang yang mau menerima semua tantangan dan berusaha sekuat tenaga untuk memenangkannya. Gilanya lagi, bahkan ia akan membabat habis musuhnya meski tidak sedang terprovokasi. Ia orang yang takkan segan menghabisi orang yang cinta damai bak Gandhi seperti diriku ini.

"Baiklah, Totsuka. Akan kuterima permintaanmu. Jadi yang mesti kulakukan di sini adalah meningkatkan kemampuanmu dalam bermain tenis, benar begitu?"

"I-iya, benar. Ka-kalau aku bisa bermain lebih baik, kurasa teman-teman di klub juga akan berusaha lebih keras lagi."

Mungkin karena tekanan yang dirasakannya lewat tatapan Yukinoshita, makanya Totsuka menjawab sambil berlindung di belakangku. Wajahnya sedikit mengintip dari atas bahuku, dan kulihat ketakutan serta kegelisahan pada matanya. Rasanya hampir seperti melihat kelinci liar yang sedang gemetaran... dan itu malah membuatku ingin memakaikan kostum bunny girl padanya.

Itu benar, saat memohon bantuan pada Sang Ratu Es, sudah sewajarnya kita merasa takut. Hampir bisa kubayangkan Yukinoshita berkata, Aku akan buat dirimu menjadi kuat, sebagai gantinya akan kuambil nyawamu. Atau ucapan semacamnya. Memangnya ia itu penyihir apa?

Bermaksud untuk meringankan kegelisahan Totsuka, aku memberanikan diri untuk melindunginya.

Saat jarakku kian dekat dengan Totsuka, bisa kucium aroma sampo dan deodoran. Wangi tubuhnya sangat mirip dengan perempuan SMA kebanyakan. Sampo jenis apa yang sebenarnya ia gunakan?

"Tak masalah kalau mau bantu, tapi apa yang akan kita lakukan?"

"Bukankah tadi sudah kujelaskan? Kalau tak yakin dengan daya ingatmu, harusnya tadi kau mencatatnya."

"Tunggu, jangan bilang kalau yang tadi itu serius..."

Aku jadi teringat lagi saat Yukinoshita membicarakan soal memaksa orang-orang supaya bekerja sampai mati. Ketika kulihat ia tersenyum balik kepadaku... rasanya seolah ia bisa membaca pikiranku. Sial, senyumnya itu membuatku takut...

Kulit putih Totsuka semakin memucat dan dirinya mulai gemetaran.

"Apa aku... akan mati...?"

"Tenang saja. Aku akan melindungimu."

Tegasku sambil menepuk bahu Totsuka. Ia pun jadi tersipu dan memandang manja setelah aku berbuat begitu.

"Hikigaya... apa kau sungguh-sungguh?"

"Ah, maaf... aku cuma ingin mengatakannya saja."

Aku akan melindungimu, ada di peringkat tiga besar pada daftar Kalimat yang Ingin Diucapkan para anak lelaki. (Sekadar info, peringkat pertamanya adalah, Serahkan padaku... kau duluan saja.) Intinya, jika aku saja tak bisa menandingi Yukinoshita, bagaimana aku bisa melindungi orang-orang dari perempuan itu? Hanya saja... jika aku tak mengatakan sesuatu agar Totsuka merasa baikan, bisa-bisa rasa gelisahnya tak kunjung hilang.

Totsuka sedikit menghela napasnya dan tampak cemberut.

"Kadang aku tak mengerti maksud Hikigaya... tapi..."

"Hmm... jadi Totsuka berlatih tenis sepulang sekolah, begitu bukan? Baiklah, kita mulai sesi latihan khususnya saat jam istirahat makan siang. Mungkin kita berkumpul di lapangan saja nanti."

Yukinoshita memotong kalimat Totsuka dan mulai menyusun agenda untuk hari ke depannya.

"Siap~~!"

Jawab Yuigahama sambil menyerahkan surat pengajuan diri yang baru selesai dibuatnya. Totsuka pun ikut mengangguk. Jadi... itu artinya...

"Jadi... aku juga ikut, nih?"

"Tentu saja. Lagi pula, kau juga tak punya acara apa-apa saat istirahat makan siang, 'kan?"

...bisa ditebak, sih.



10 tanggapan:

Anonim mengatakan...

pertamina gan :v ..
lanjuttttt ...

Unknown mengatakan...

arrgghhhhh kenapa novel sebagus ini kagak di terbitkan di Negara ini....!!

Thanks Atas translate-nya gan....!!
Di lanjut terusnya proyek yang satu ini.....!!

Cucundoweh mengatakan...

Buset cepat amat pertamax-nya... Hkhkhkhk...

Cucundoweh mengatakan...

Iya gan, ane juga pengen banget nih seri diterbitkan di Indonesia... (sekali-sekali mau jadi penikmat juga nih, hkhkhkhk...)
Mungkin karena lisensinya mahal, dan pihak penerbit sini gak berani ambil resiko, takut di luar yang diharapkan gan...

Sama-sama gan... Terima kasih dukungannya...

Anonim mengatakan...

Semakin lama, semakin ane curiga kalau Hikigaya benar-benar homo.

...dan makasih nih, gan. Ditunggu lanjutannya.Tetap semangat!

Unknown mengatakan...

satu minggu sekali update mulu kayanya

Anonim mengatakan...

Semangat gan....
Kayaknya di baka-tsuki udah ada yang bantu nerjemahin tuh...

Cucundoweh mengatakan...

Hkhkhkhk... Khilaf yang disengaja Hachiman itu gan...

Oke sama-sama gan... Besok malam, kalau gak ada halangan, ane update...

Cucundoweh mengatakan...

Sebenarnya sih tergantung gan, bisa lambat kalau halamannya banyak, atau ada hal lain yang bikin ane gak sempat ngerjain...

Nah, mumpung ingat, sekali-sekali deh (hkhkhkhk), ayo proyeknya dikebut, dah mau lebaran nih, nanti keburu sudah lewat dua bulan gak update, aura galaunya bisa benar-benar hilang nanti... Hkhkhkhk...

Cucundoweh mengatakan...

Oke, terima kasih gan...
Iya gan, bab setelah ini di B-T memang sudah ada yang ngerjain...
Tapi ane tetap lanjut kok menerjemahin bab lanjutannya di blog ini...
Soalnya gaya terjemahan ane beda sama yang di B-T... Paling nanti ane kasih tautan alternatif di halaman Indonesia-nya... (kayak yang di halaman English, tautan alternatif ke ND...)

Posting Komentar

 
;